Salah satu misi Badan Wakaf Al-Qur’an adalah menyalurkan Al-Qur’an wakaf ke daerah-daerah rawan pendidikan dan rawan akidah. Sejak didirikan pada 2005 hingga Juni 2012 setidaknya BWA telah menghimpun dan mendistribusikan sekitar 133.543 mushaf Al-Qur’an wakaf ke pelosok Nusantara.

Mereka yang mendapatkannya mulai dari minoritas muslim di tempat-tempat terpencil kepulauan Mentawai Sumatera Barat;  Suku Badui Banten Kidul di perbatasan Banten-Jawa Barat; umat Islam korban letusan Gunung Merapi di perbatasan Yogyakarta-Jawa Tengah; Muslim Tengger di lereng kawasan, hingga ke komunitas muslim suku asli adat di pedalaman Papua.

Uniknya, setiap kali BWA survei  dan melaksanakan distribusi Al Qur’an wakaf menyusuri kantong-kantong muslim minoritas di daerah-daerah terpencil tersebut, selalu saja ditemukan sosok dai atau daiyah yang berdakwah secara istiqamah membina warga agar mengenal Islam lebih dekat.

Pada Al-Qur’an Road Trip Juni 2012 yang baru berlalu ke Suku Dayak di pedalaman Kutai Barat, Kalimantan Barat. Saat mendistribusikan Al-Qur’an wakaf sebanyak 2000 eksemplar ke pada para mualaf Dayak Banoa, Dayak Tunjung dan kaum Muslim transmigran, BWA berkenalan dengan Ustadz Mukhlis MS.

Ustadz Mukhlis adalah Ketua DKM Masjid Baitul Munawwarah Kampung Muara Jawaq Kecamatan Mook Manor Bulatn. Ia merupakan seorang Muslim dari Suku Bugis yang  migrasi ke kampung tersebut.

Dengan penuh kesabaran ia mengenalkan kepada warga bahwa yang patut disembah itu hanya Allah SWT. Di samping itu, dirinya dan aktivis Masjid Baitul Munawwarah lainnya menampakkan kepedulian dan juga mengajarkan kebersihan. Saat Iedul Adha, Mukhlis pun membagikan daging qurban kepada seluruh warga baik Muslim maupun bukan.

Melihat keikhlasan  Mukhlis, warga pun simpatik bahkan tertarik masuk Islam. Hal itu setidaknya dinyatakan oleh Rusnawati (29 tahun) dan Risa Rosalina (30 tahun) usai dipandu Pembina BWA Ustadz Hari Moekti mengucap dua kalimat syahadat tanda masuk Islam, Senin (4/6) siang di Masjid Al Munawwarah. Kedua wanita Dayak itu menyusul masuk Islamnya sekitar 140 KK dari sekitar 200 KK suku Dayak di Muara Jawaq yang terlebih dulu masuk Islam sejak kedatangan Mukhlis ke kampung tersebut pada tahun 2000.

Ustadz Tri

Pada Al-Qur’an Road Trip Pulau Nias , Sumatera Utara Oktober 2011 untuk mendistribusikan sekitar  2088 Al-Qur’an ke Kota Gunungsitoli, Kabupaten Nias, Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat dan Kabupaten Nias Selatan, BWA pun berkenalan dengan sosok dai lainnya, salah satunya adalah Ustadz Tri (23 tahun) dari Jakarta.

Ia adalah seorang peserta program pendidikan untuk mencetak ulama dari Dewan Dakwah Islam Indonesia (DDII). Jenjang pendidikan sarjana (S1) hingga tingkat doktoral (S3).  Semua mahasiswa peserta program mendapatkan beasiswa dari DDII.

Namun setelah lulus S1, para calon ulama ini harus menjalani program pengabdian dengan berdakwah ke pedalaman selama dua tahun baru boleh meneruskan pendidikan S2-nya. Lulus magister, mereka diterjunkan kembali ke desa terpencil selama dua tahun lagi. Setelah itu barulah mereka meneruskan ke jenjang S3.

Dengan sabar dan istiqamah, ia mendatangi dan membimbing sekitar 130-an minoritas Muslim yang rumahnya terpencar di berbagai desa di Kec. Lolowau. Tri mengajak mereka untuk memperdalam agama Islam yang dipusatkan di salah satu rumah warga di Desa Lolowau, Kecamatan Lolowau tersebut.

Di rumah sederhana ukuran 5 X 4 meter itulah setiap ba’da Zhuhur, ia mengajarkan tahsin kepada warga yang sudah bisa membaca Al-Qur’an. Ba’da Ashar, mengajarkan Iqra kepada anak-anak. Sedangkan pukul 17.00 WIB hingga Maghrib mengajarkan berbagai tsaqafah Islam.

Ternyata kekonsistenan da’i muda ini dalam membimbing warga setempat mendapatkan perhatian pula dari warga non Muslim. Melalui dakwah Tri inilah, Ferdius N Druru (18) warga Desa Hilikara pada 25 Agustus lalu menyatakan diri masuk Islam dan berganti nama menjadi Azzam Abdillah Ramadhani Druru.

Sedangkan pada 7 Oktober, seorang ayah dan anaknya warga Desa Sisara Hili Oyo yakni Sama Nudi Halawa (37)  dan Kasihani Halawa (10) menyambut hidayah tersebut dan berganti nama menjadi Umar Shalahuddin Halawa dan Naila Rahmatal Azza.

“Alhamdulillah, sejak Juni 2011 Muslim di Lolowau sudah bertambah 3 orang sehingga sekarang menjadi 134 orang,” ujar Tri.

Ma Ijah

Begitu juga ketika pelaksanaan project Al-Qur’an Road Trip di selatan Banten Desember 2010 untuk mendistribusikan sekitar 2.220 Al-Qur’an mulai dari  Pandeglang, Sumur Ujung Kulon,Binuangen Lebak, Palabuhan Ratu hingga Kasepuhan Cipta Gelar, BWA bersilaturahmi dengan  Ustadzah Aizah Chodijah (67 tahun), daiyah dari pedalaman Desa Wates Kecamatan Cigeulis, Pandeglang.

Wanita gempal yang nampak lebih muda dari usianya ini, akrab disapa Ma Ijah. Ia adalah pimpinan Ponpes Nurul Falah Desa Wates. Di samping membimbing 40-an santrinya yang mondok ia juga mengisi berbagai majelist taklim dengan peserta bisa mencapai lebih dari 1000 orang yang tersebar dari Menes hingga Sumur, Ujung Kulon.

Pasalnya, di daerah tersebut memang kekurangan dai-daiyah, tetapi dengan sabar dan istiqamah ia tempuh perjalanan yang terjal dan jauh hingga berjam-jam menggunakan sepeda motor untuk membina mereka.

Dalam waktu dekat sekitar bulan Oktober 2012, insya Allah, Al-Qur’an Road Trip pun akan menyusuri komunitas muslim di Nusa TenggaraTimur yang termasuk minoritas di daerahnya dan pada umumnya merupakan nelayan kecil.

 

Agenda distribusi Al Qur’an wakaf lainnya adalah ke kawasan Sungai Buntu di pesisir utara Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Daerah tersebut di masa kekuasaan Sultan Agung Mataram Islam ini menjadi lumbung padi dan basis perlawanan terhadap penjajahan VOC Belanda. Saat ini berdasarkan Sensus Penduduk 2010 ternyata sekitar 50 persen penduduknya berada di bawah garis kemiskinan. Dan tentu saja sangat rawan pendangkalan akidah.

Tujuannya tiada lain untuk memberikan dukungan kepada dai-daiyah setempat  yang dengan segala keterbatasannya tetap istiqamah dan semangat membina umat. Tepatlah kiranya kaum Muslim di perkotaan membantu mereka, dengan wakaf Al-Qur’an salah satunya.[]