عجبًا لأمرِ المؤمنِ . إن أمرَه كلَّه خيرٌ . وليس ذاك لأحدٍ إلا للمؤمنِ . إن أصابته سراءُ شكرَ . فكان خيرًا له . وإن أصابته ضراءُ صبر . فكان خيرًا له

Alangkah mengagumkan keadaan orang yang beriman, karena semua keadaannya (membawa) kebaikan (untuk dirinya), dan ini hanya ada pada seorang mukmin; jika dia mendapatkan kesenangan dia akan bersyukur, maka itu adalah kebaikan baginya, dan jika dia ditimpa kesusahan dia akan bersabar, maka itu adalah kebaikan baginya.”[HR. Muslim (no. 2999)]

Hadits yang agung ini menunjukkan besarnya keutamaan bersyukur di saat senang dan bersabar di saat susah, bahkan kedua sifat inilah yang merupakan penyempurna keimanan seorang hamba. Abdullah bin Mas’ud berkata: “Iman itu terbagi menjadi dua bagian; sebagiannya (adalah) sabar dan sebagian (lainnya adalah) syukur” [Dinukil oleh Imam Ibnul Qayyim dalam kitab “Uddatush shaabiriin” (hal. 88)]

Dalam Al-Qur’an, Allah memuji secara khusus hamba-hamba-Nya yang memiliki dua sifat ini sebagai orang-orang yang bisa mengambil pelajaran ketika menyaksikan tanda-tanda kemahakuasaan Allah. Allah berfirman:

إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَاتٍ لِكُلِّ صَبَّارٍ شَكُورٍ

Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kemehakuasaan Allah) bagi setiap orang yang sangat sabar dan banyak bersyukur” [QS Luqmaan: 31]

Iman dibangun atas dua rukun, yaitu yakin dan sabar. Dua rukun ini Allâh Subhanahu wa Ta’ala sebutkan dalam firman-Nya:

وَجَعَلْنَا مِنْهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا لَمَّا صَبَرُوا ۖ وَكَانُوا بِآيَاتِنَا يُوقِنُونَ

Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami selama mereka sabar dan mereka meyakini ayat-ayat Kami”. [As-Sajdah/32:24]

Dengan keyakinan, seseorang akan tahu hakikat perintah dan larangan, ganjaran dan siksaan. Dan dengan kesabaran ia bisa melaksanakan perintah-Nya dan menahan diri dari semua larangan-Nya

Sabar dibagi menjadi tiga macam:

  1. Sabar dalam melaksanakan perintah dan ketaatan.

  2. Sabar dalam menahan diri dari perbuatan dosa dan maksiat.

  3. Sabar dalam menghadapi cobaan dan ujian yang pahit.

    Syukur adalah pangkal iman, dan dibangun di atas tiga rukun:

  1. Pengakuan hati bahwa semua nikmat Allâh yang dikaruniakan kepadanya dan kepada orang lain, pada hakekatnya semua dari Allâh Azza wa Jalla .

  2. Menampakkan nikmat tersebut dan menyanjung Allâh Subhanahu wa Ta’ala atas nikmat-nikmat itu.

  3. Menggunakan nikmat itu untuk taat kepada Allâh Azza wa Jalla dan beribadah dengan benar hanya kepada-Nya.

Sabar dan syukur merupakan faktor penyebab bagi pelakunya untuk dapat mengambil manfaat dari ayat-ayat Allâh. Karena iman dibangun di atas sabar dan syukur. Sesungguhnya pangkal syukur adalah tauhid dan pangkal sabar adalah meninggalkan hawa nafsu.

Menurut Imam Ghazali, syukur itu mengandung dua makna. Pertama, syukur berarti menyadari secara sungguh-sungguh besarnya nikmat Allah. Kesadaran ini, kata Ghazali, akan menghindarkan manusia dari sikap sombong. Kedua, syukur berarti mempergunakan semua nikmat Allah sesuai dengan maksud yang Dia inginkan. Dengan begitu, nikmat tidak saja akan bertambah, seperti dijanjikan Allah SWT dalam Alquran, tetapi juga akan mendatangkan kemaslahatan bagi manusia.

Syukur dan sabar adalah merupakan dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Sebagaimana kehidupan kita yang terkadang senang atau susah, lapang atau sempit, kaya atau miskin dan lain-lain.

Imam Ibnu Hajar menjelaskan kepada kita hubungan antara syukur dengan sabar dengan menyatakan :

Syukur terkandung didalamnya sabar untuk taat kepada Allah dan sabar menahan dari kemaksiatan. Sebagian ulama menyatakan: kesabaran menuntut rasa syukur dan tidak sempurna tanpanya. Sebaliknya bila salah satu dari keduanya hilang maka hilang semuanya. Siapa yang berada dalam kenikmatan maka kewajibannya adalah syukur dan sabar. Kalau syukur itu sudah jelas dan kalau sabar maka sabar menghindari kemaksiatan. Siapa yang terkena musibah bencana maka kewajibannya adalah sabar dan syukur. Kalau sabar itu sudah jelas dan kalau syukur maka pada pelaksanaan hak Allah dalam bencana musibah tersebut, karena Allah memiliki hak atas hamba-Nya untuk beribadah dalam keadaan terkena musibah dan bencana tersebut, sebagaimana wajib bagi seorang hamba beribadah dalam keadaan penuh kenikmatan.”

(Fathul Baari 11/311).

Beberapa faidah penting yang dapat kita petik dari syukur dan sabar:

  1. Kehidupan seorang mukmin seluruhnya bernilai kebaikan dan pahala di sisi Allah, baik dalam kondisi yang terlihat membuatnya senang ataupun susah.

  2. Seorang hamba yang sempurna imannya akan selalu bersyukur kepada Allah ketika senang dan bersabar ketika susah, maka dalam semua keadaan dia senantiasa ridha kepada Allah dalam segala ketentuan takdir-Nya, sehingga kesusahan dan musibah yang menimpanya berubah menjadi nikmat dan anugerah baginya.

  3. Orang yang tidak beriman akan selalu berkeluh kesah dan murka ketika ditimpa musibah, sehinnga semua dosa dan keburukan akan menimpanya, dosa di dunia karena ketidaksabaran dan ketidakridhaannya terhadap ketentuan takdir Allah, serta di akhirat mendapat siksa neraka.

  4. Keutamaan dan kebaikan dalam semua keadaan hanya akan diraih oleh orang-orang yang sempurna imannya.

  5. Rukun sabar ada tiga yaitu: menahan diri dari sikap murka terhadap segala ketentuan Allah, menahan lisan dari keluh kesah, dan menahan anggota badan dari perbuatan yang dilarang (Allah), seperti menampar wajah (ketika terjadi musibah), merobek pakaian, memotong rambut dan sebagainya.

  6. Rukun syukur juga ada tiga:

  • mengakui dalam hati bahwa semua nikmat itu dari Allah Ta’ala,

  • menyebut-nyebut semua nikmat tersebut secara lahir (dengan memuji Allah dan

  • memperlihatkan bekas-bekas nikmat tersebut dalm rangkan mensyukurinya), menggunakan nikmat tersebut di jalan yang diridhai Allah

Wallahu a’lam

Semoga bermanfaat