Yuk Mempelajari Jenis-Jenis Tafsir Al-Quran!

 

Secara bahasa, istilah tafsir bermakna menyingkap sesuatu yang tertutup hingga menjadi jelas. Sementara itu, dalam kitabnya Mu’jam Maqayis Al-Lughah, seorang pakar bahasa Arab bernama Ibnul Faris menyatakan bahwa makna dari tafsir adalah kembalinya kepada penjelasan sesuatu. Hal ini didasarkan pada salah satu firman Allah SWT dalam Surat Al-Furqan Ayat 33:

 

وَلاَ يَأْتُونَكَ بِمَثَلٍ إِلا جِئْنَاكَ بِالْحَقِّ وَأَحْسَنَ تَفْسِيرًا

 

Tidaklah orang-orang kafir itu datang kepadamu (membawa) syubhat, melainkan Kami datangkan kepadamu suatu yang benar dan yang paling baik penjelasannya.

Para ulama pun memiliki pendapat  berbeda mengenai definisi tafsir Al-Quran. Menurut Imam Al Zarkasiy, tafsir Al-Quran memiliki definisi  sebagai berikut:

Artinya: Ilmu untuk memahami kitabullah yang diturunkan kepada Nabi, menjelaskan maknanya, serta mengeluarkan hukum atau hikmah darinya.

Sementara itu, Imam Al-Kilbi dalam Al-Tashlil mendefinisikan arti tafsir sebagai berikut:

Artinya: Menguaraikan Al-Quran dan menguraikan maknanya, memperjelas makna tersebut sesuai dengan tuntunan nash atau adanya isyarat. Isyarat tersebut mengarah ke arah penjelasan tersebut atau dengan mengetahui rahasia terdalamnya.

 

Bagaimana Hukum Mempelajari Tafsir?

Hendaknya hukum mempelajari tafsir adalah wajib bagi setiap umat. Mengapa? Sebab Allah telah memerintahkan kita untuk menunaikan tadabbur Al-Quran. Tanpa ada niatan untuk mempelajari tafsir, sulit rasanya untuk bertadabbur Al-Quran sekaligus mengambil pelajaran dari setiap ayat terkandung di dalamnya. Adapun jika tak punya niatan mentadabburi, maka ayat-ayat Al-Quran hanya bersifat lafadz dan tidak bermanfaat banyak bagi pembacanya.

Adapun perintah untuk mentadabburi Al-Quran termaktub dalam Surat As-Shaad Ayat 29:

 

كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ إِلَيْكَ مُبَارَكٌ لِيَدَّبَّرُوا آيَاتِهِ وَلِيَتَذَكَّرَ أُولُو الْأَلْبَابِ

 

Ini adalah sebuah Kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka metadabburi ayat-ayatnya dan supaya orang-orang yang mempunyai pikiran (sehat) mendapat pelajaran.

Niscaya dengan mempelajari dan memperdalam tafsir, tadabbur terasa maksimal dan kita semakin merasakan ketenangan dan ketenteraman hati.

 

Klasifikasi Tafsir

Seperti dinukil dari muslim.or.id, tafsir Al-Quran dikelompokkan dalam 4 kategori, yaitu:

  1. Tafsir ditinjau dari sisi pengetahuan manusia tentang tafsir.
  2. Tafsir ditinjau dari sisi cara untuk menghasilkan tafsir.
  3. Tafsir ditinjau dari sisi metode menafsirkan Al-Quran.
  4. Tafsir ditinjau dari sisi aliran ahli tafsir dalam menafsirkan Al-Quran.

Selanjutnya klasifikasi tafsir Al-Quran akan dijelaskan sebagai berikut:

 


  1. Tafsir Ditinjau Dari Sisi Pengetahuan Manusia Tentang Tafsir

Seorang pakar tafsir bernama Ibnu Abbas membagi tafsir Al-Quran menjadi 4 kelompok. Pengelompokkan ini berdasarkan sisi pengetahuan manusia, yaitu:

  • Tafsir Al-Quran yang dikenal maknanya secara bahasa Arab.
  • Tafsir Al-Quran yang setiap mukallaf (muslim yang dikenai kewajiban atau perintah dan menjauhi larangan agama) harus mengetahuinya.
  • Tafsir Al-Quran yang diketahui oleh ulama.
  • Tafsir Al-Quran yang hanya diketahui oleh Allah.

 


  1. Tafsir Al-Quran Ditinjau Dari Aspek Cara Untuk Menghasilkan Tafsir

Tafsir Al-Quran dengan jenis ini terbagi menjadi dua kategori, yaitu:

  • Jenis tafsir yang dihasilkan melalui riwayat/atsar. Disebut Tafsir bil Ma`tsur

Seperti dikutip dari situs ponpeshamka.com, Tafsir bi al Ma’tsur atau tafsir riwayat atau tafsir bi manqul adalah rangkaian tafsir keterangan terkandung dalam Al-Quran, sunnah, atau kata-kata sahabat sebagai keterangan atau penjelasan maksud dari firman Allah. Tafsir bi al Ma’tsur merupakan cara menafsirkan ayat-ayat Al Quran berdasarkan nash-nash, baik dengan Al Quran sendiri dengan aqwal assahabat maupun dengan aqwal attabi’in.

Contoh Tafsir bi al-Ma’tsur adalah tafsir Surat Al-Maidah Ayat 1:

 

احلت لكم بهيمة ا لأ نعا م إ لا ما يتلي عليكم

 

Dihalalkan bagimu binatang binatang ternak, kecuali yang akan dibacakan kepadamu.

Selanjutnya kata إ لا ما يتلي عليكم ditafsirkan oleh ayat lain dalam surat Al Maidah Ayat 3:

 

حرمت عليكم ا لميتة و ا لد م و لحم و ل خنز ير و ما أ هل لغير ا لله

 

Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah.

  • Jenis tafsir Al-Quran yang dihasilkan melalui ijtihad ahli tafsir. Disebut dengan Tafsir bir Ra’yi.

Tafsir ini disebut juga tafsir dirayah atau tafsir bi al al ijtihad. Tafsir ini mengandalkan pola pemahaman terhadap ayat-ayat Al-Quran yang dilakukan melalui ijtihad. Ijtihad tersebut dihasilkan dari pengerahan kemampuan akal (ra’yu) dengan kemampuan ilmu yang dimiliki. Tujuannya agar mampu mencapai hasil penafsiran memadai sesuai dengan yang dikehendaki oleh isi ayat yang bersangkutan.

Tafsir bi al Ra’yu terbagi kepada 2 bagian, yaitu Tafsir Mahmud (terpuji) dan Tafsir Madzmum (tercela). Sebuah tafsir dapat disebut Tafsir Mahmud jika sang ahli tafsir (mufassir) mengetahui ketentuan-ketentuan bahasa dan mendalami uslubnya. Di samping itu, mufassir juga mengetahui ketentuan-ketentuan syariat sehingga tafsir dapat diterima. Sementara itu, Tafsir Madzmum (tercela) adalah tafsir yang bersumber menurut kemauan hawa nafsu sang mufassir. Sehingga hasil tafsir yang berdasarkan hawa nafsu dapat dikategorikan Tafsir Madzmum.

 


  1. Tafsir Al-Quran Ditinjau Dari Sisi Metode Menafsirkan Al-Quran

Tinjauan pembagian tafsir Al-Quran dari aspek ini terbagi menjadi 4 kategori, yaitu:

  • Tafsir Tahliili/Penjabaran (Analitis)

Dengan metode ini, mufassir mengacu pada tahliil ayat (penjelasan tentang seluk beluk ayat) seperti: penjelasan sebab diturunkannya sebuah ayat, penjelasan makna lafadz ayat yang jarang diketahui (ghariibul aayah), i’raab bagian ayat yang relatif sulit dipahami, penjelasan ayat secara global, dan sebagainya. Semua seluk beluk ayat diteliti dan dipelajari sedetail mungkin.

 

Kelebihan tafsir Al-Quran dengan metode tafsir Tahliili/Penjabaran adalah:

  1. Dapat mengetahui suatu tafsir ayat atau surat dengan mudah.
  2. Mudah mengetahui korelasi (munasabah) antara satu ayat dengan ayat lain.
  3. Memungkinkan untuk dapat memberikan penafsiran pada semua ayat, meskipun semua inti penafsiran suatu ayat merupakan pengulangan dari ayat lainnya—namun jika ayat-ayat yang ditafsirkan sama atau hampir sama.
  4. Memuat ruang lingkup yang lebih luas.
  5. Memuat berbagai ide dan keputusan-keputusan.
  6. Tafsir Al-Quran dapat mengandung banyak aspek pengetahuan di balik ayat meliputi hukum, sejarah, sains, dan lain-lain.

 

Kekurangan tafsir Al-Quran dengan metode ini adalah:

  1. Hasil tafsir Al-Quran menjadi bersifat parsial dan cenderung subjektif sesuai dengan penafsiran
  2. Tafsir terkesan diulang-ulang.
  3. Sudah masuk pemikiran israiliyat(berita dari orang-orang Yahudi, baik beragama Nasrani maupun Yahudi dan cenderung lemah).

Contoh Kitab Tafsir Tahliili/Penjabaran:  Tafsir Ibnu Athiyyah, Tafsir Al-Alusi, Tafsir Asy-Syaukani, dan tafsir selain mereka.

 

  • Tafsir Ijmali/Global

Tafsir Ijmali adalah jenis tafsir saat mufassir lebih fokus menjelaskan makna umum dari sebuah ayat dan tidak dijelaskan secara rinci. Hal ini membuat mufassir tidak menjelaskan sisi i’raab-nya, etimologi kata-katanya, kesusastraan, faedahnya, dan perincian lain-lainnya. Pada hakikatnya, semua tafsir Al-Quran dengan metode Ijmali menjelaskan pesan-pesan pokok ayat yang ditafsirkan.

Kelebihan tafsir Al-Quran menggunakan metode ini adalah:

  1. Lebih praktis dan mudah dipahami sebab mufassir yang menggunakan metode ini menghindari bahasa yang bertele-tele.
  2. Penafsiran bebas dari penafsiran israiliyat karena penafsirannya bersifat ringkas.

Kekurangan tafsir Al-Quran dengan metode ini adalah menjadikan petunjuk-petunjuk Al-Quran yang ditafsirkan bersifat parsial karena tidak adanya ruang untuk mengemukakan analisa-analisa yang memadai.

Contoh Kitab Tafsir Ijmali: Tafsir Syaikh Abdur Rahman As-Sa’di, Tafsir Al-Makki An -Nashiri, Tafsir Al-Maraghi, Tafsir Abu Bakar Al-Jazairi (Al-Ma’na Al-Ijmali).

 

  • Tafsir Muqarin/Perbandingan

Dengan metode ini, Tafsir Al-Quran Muqarin memungkinkan seorang mufassir fokus kepada penyebutan dari beberapa ahli tafsir. Kemudian pendapat-pendapat dari ahli tafsir tersebut dibandingkan dan pendapat ahli tafsir paling terkuat yang dipilih.

Selain itu, tafsir Al-Quran Muqarin tak hanya membandingkan pendapat antar mufassir, melainkan juga membandingkan ayat Al-Quran dengan hadits, atau membandingkan Al-Quran dengan beberapa kitab suci lain. Namun, metode tafsir Al-Quran Muqarin hanya lebih bertujuan untuk menganalisis persamaan dan perbedaan dalam penafsiran Al-Quran, daripada menganalisis kandungannya.

Kelebihan metode tafsir Al-Quran dengan metode ini adalah:

  1. Memberikan wawasan atau pandangan yang lebih luas sehingga membuka pandangan kepada seseorang yang ingin tahu berbagai pendapat mengenai ayat.
  2. Membuka kesempatan untuk bersikap toleran terhadap pendapat orang lain. Dengan demikian, hal itu dapat mengurangi fanatisme yang berlebihan kepada suatu madzhab atau aliran tertentu.
  3. Berguna bagi pembaca untuk mengetahui berbagai pendapat tentang suatu ayat. Sekaligus memperluas dan mendalami penafsiran Al-Quran, namun bukan untuk pemula.

Kelebihan metode tafsir Al-Quran dengan metode ini adalah:

  1. Tidak cocok untuk pemula.
  2. Tidak dapat diandalkan untuk menjawab beberapa persoalan atau masalah masyarakat.

Contoh Kitab Tafsir Muqoron: Tafsir Ibnu Jarir Ath-Thabari.

 

  • Tafsir Maudhu’i/Tematik

Tafsir Al-Quran dengan metode Maudhu’i/Tematik adalah ketika mufassir mengacu pada pembahasan tema tertentu dalam Al-Quran. Kemudian pembahasan tersebut dibagi menjadi beberapa macam, misalnya pembahasan tema tertentu dalam seluruh isi Al-Quran, pembahasan tema tertentu dalam seluruh isi Al-Quran, pembahasan tema tertentu dalam surat tertentu, ataupun hanya membahas lafazh atau kalimat tertentu dalam Al-Quran.

Bagaimana tahap metode tafsir Al-Quran Maudhu’i ini? Lebih lengkapnya Sahabat Wakaf bisa membacanya di link di bawah ini:

https://islami.co/ini-empat-metode-tafsir-al-quran/

Namun, ini bukan berarti contoh kitab-kitab di atas hanya menonjolkan satu metode yang menjadi ciri khasnya. Dalam satu kitab bahkan berisikan satu atau dua jenis—bahkan—ketiga jenis tafsir. Misalnya kitab Ibnu Jarir berisikan ketiga jenis tafsir sekaligus, yaitu Tafsir Penjabaran, Tafsir Ijmali/Global, dan Tafsir Muqoron/Perbandingan.

Jadi yuk bersiap-siap mendalami tafsir Al-Quran agar dapat menunaikan tadabbur Al-Quran secara maksimal. Insya Allah Al-Quran yang kita senantiasa baca tak hanya menenteramkan jiwa, tetapi juga memberikan berkah dan manfaat dalam kehidupan sehari-hari.

Catatan: Dari berbagai sumber dan telah disunting sesuai keperluan.