wakaf sarana air bersih

Suasana anak-anak yang menyerbu air tawar yang telah di proses dari asin menjadi tawar dengan sistem desalinasi dengan alat yang kamu bangun di pulau madu sulawesi selatan.

peresmian wakaf sarana air bersih

Hingga larut malam warga mulai dari anak-anak hingga dewasa masih terus menyerbu air tawar yang tidak pernah mereka rasakan di pulau madu selama mereka tinggal di pulau itu.

anak-anak pulau madu saat antri air

Kondisi anak-anak yang mengantri berjam-jam di sumur untuk mendapatkan air beberapa jerigen.

warga pulau madu

Sambil mengantri air di sumur berjam-jam sekalipun itu air asin mereka menghibur diri dengan bermain dengan beberapa anak-anak se usia mereka yang juga tengah mengantri di sumur yang sama.

wakaf mesin desalinasi

Inilah mesin desalinasi yang kami bangun di desa one santonda pulau madu sulsel

 

Suasana di sumur terlihat ramai pada jam 4 pagi.

suasana di sumur.
Beberapa dari mereka sempat kami wawancarai, seperti penuturan ibu suryani, ia mengantri dari jam 1 malam, dan baru mendapatkan air sekita pukul 5.30 pagi.
Ibu Suryani terlihat
sedang duduk dengan memeluk timba yang terbuat dari jerigen yang mereka potong.

Umumnya mereka yang mengantri pada malam hari adalah kaum ibu, karna para suami mereka berlayar sebagai nelayan untuk menangkap ikaan pada malam hari.

Bisa kita bayangkan betapa beratnya perjuangan mereka untuk mendapatkan air, walaupun juga air asin.

Jika malam mereka mengantri di sumur hingga tidur di dekeliling sumur dimana mereka mengantri.

Tampak seorang anak yang sedang berusaha melepas pancingnya yang mungkin tersangkut oleh batu karang di dermaga kecil.

kapal membawa mesin desalinasi

Tampak warga dengan perahu mereka dan berwajah senang menyambut kami di kapal yang kami kendarai untuk menurunkan mesin genset dan mesin desalinasi dari kapal kami.

Tampak anak kecil meminum air dari sumur dimana mereka mengambil air walaupun air itu asin setelah mereka lelah bermain dan menimba air.

Terlihat seorang kaka sedang memandikan adiknya dengan menggunakan air yang begitu asinnya.

Mereka adalah anak-anak yang polos yang tidak pernah mengenal akan perkembangan dunia teknologi dan ilektronik, yang mereka kenal hanyalah bekerja membantu orang tua mereka mengambil air di sumur.

Di usianya yang sudah tua itu, se orang nenek masih mampu membawa air seberat 36 liter dan di tambah lagi 5 liter.

Gadis kecil ini terbangun pada pukul 5.00 dari sebuah gerobak yang dia gunakan untuk tidur bercampur dengan jerigen yang sebagian sudah terisi yang dia antri dari jam 12 malam.

Tiga sumur ini tidak pernah sepi sepanjang 24 jam dari warga pulau madu yang terus mengantri untuk mendapatkan air, walaupun hanya sebatas air asin.