Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda kepada seorang laki-laki. Dan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menasihatinya:
اغْتَنِمْ خَمْسًا قَبْلَ خَمْسٍ : شَبَابَكَ قَبْلَ هَرَمِكَ ، وَصِحَّتَكَ قَبْلَ سَقَمِكَ ، وَغِنَاكَ قَبْلَ فَقْرِكَ ، وَفَرَاغَكَ قَبْلَ شُغْلِكَ ، وَحَيَاتِكَ قَبْلَ مَوْتِكَ
“Gunakan lima perkara sebelum lima; masa mudamu sebelum masa tuamu, masa sehatmu sebelum masa sakitmu, masa kayamu sebelum masa kefakiranmu, masa luangmu sebelum masa sibukmu, dan masa hidupmu sebelum kematianmu.” (HR. Al Hakim dalam Al Mustadroknya 4: 341. Al Hakim mengatakan bahwa hadits ini shahih sesuai syarat Bukhari Muslim namun keduanya tidak mengeluarkannya. Dikatakan oleh Adz Dzahabiy dalam At Talkhish berdasarkan syarat Bukhari-Muslim. Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhib wa At Tarhib mengatakan bahwa hadits ini shahih
Ghonim bin Qois berkata,
كنا نتواعظُ في أوَّل الإسلام : ابنَ آدم ، اعمل في فراغك قبل شُغلك ، وفي شبابك لكبرك ، وفي صحتك لمرضك ، وفي دنياك لآخرتك . وفي حياتك لموتك
“Di awal-awal Islam, kami juga saling menasehati: wahai manusia, beramallah di waktu senggangmu sebelum datang waktu sibukmu, beramallah di waktu mudamu untuk masa tuamu, beramallah di kala sehatmu sebelum datang sakitmu, beramallah di dunia untuk akhiratmu, dan beramallah ketika hidup sebelum datang matimu.” (Disebutkan dalam Hilyatul Auliya’. Dinukil dari Jaami’ul ‘Ulum wal Hikam, 2: 387-388).
Dalam lima perkara penting yang Rasul sebutkan dalam hadist di atas, terkandung pelajaran yang patut dihayati. Abu Layyist Samarqandi mengatakan dalam Tanbihul Ghafilin bahwa lima hal ini harus dipergunakan sebaik-baiknya agar tidak menyesal di kemudian hari, karena lima hal itu hanya terjadi sekali dan tidak akan terulang. Mari kita bahas satu persatu lima perkara yang disebutkan dalam Hadist di atas:
1. Masa Muda
Masa muda adalah merupakan masa kuat, Allah berikan kepada kita kekuatan. Sementara masa tua, semua sudah rapuh. Tulang rapuh, sakit-sakitan dan yang lainnya. Maka sebelum kita menjelang tua, coba gunakan masa muda dengan sebaik-baiknya. Masa muda merupakan masa paling produktif bagi setiap orang. Sehingga kita harus membiasakan diri melakukan amal saleh sedari muda sebab kebiasaan saat muda akan terbawa hingga tua.
Terlebih pemuda-pemuda yang tumbuh dalam ibadah kepada Allah adalah orang-orang yang Allah berikan naungan nanti pada hari kiamat. Dimana dihari itu tidak ada naungan kecuali naungan Allah Subhanahu wa Ta’ala saja. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللَّهُ في ظِلِّهِ يَوْمَ لا ظِلَّ إلَّا ظِلُّهُ
“Tujuh orang yang akan Allah berikan kepadanya naungan dimana dihari itu tidak ada naungan kecuali naunganNya.” Siapa diantaranya?
وشابٌّ نَشَأَ فِي عِبَادَةِ اللَّه تَعالى
“Pemuda yang tumbuh dalam ibadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.”
Kenapa Rasulullah menyebutkan pemuda dan bukan orang tua? Karena pemuda itu masa kuat syahwatnya, kuat tenaganya, kuat hawa nafsunya, makanya kebanyakan pemuda lebih senang menghabiskan waktunya untuk berleha-leha, bersenang-senang, menghabiskan waktu untuk hal-hal yang tidak ada manfaatnya. Tapi ketika ada seorang pemuda yang waktunya dihabiskan untuk ibadah kepada Allah, menghafal Al-Qur’an, menghafal hadits, memahami agama, maka subhanallah, ini pemuda yang Allah berikan rahmat padanya.
Fakta historis, sebagaimana direkam Al-Qur’an, pemuda adalah pelaku dan pembentuk utama peradaban. Misalnya, kisah mempertahankan keteguhan iman para pemuda Ashabul Kahfi pada masa Raja Diqyanus yang bengis dan kejam hingga nama mereka diabadikan menjadi satu nama surat Al-Qur’an. Para pemuda Muslim juga berkontribusi dalam mempertahankan agama dan kedaulatan negeri Islam, seperti Thariq bin Ziyad yang berusia kurang dari 30 tahun dan menjadi pahlawan penaklukan Spanyol di masa khalifah al-Walid bin Abdul Malik dari Bani Umayyah. Nama lain yang fenomenal adalah Muhammad al-Fatih, yang dalam usia 21 mampu menaklukkan Konstantinopel atau Byzantium.
Selain itu, usia muda sepatutnya digunakan untuk mencari ilmu sebagai bekal di masa tua. Imam Al-Syafi’i bersyair:
“Kehidupan seorang pemuda itu berlandaskan ilmu dan ketakwaan.”
Musthafa al-Ghulayani, seorang pujangga Mesir bersyair:
“Sungguh, di tangan pemudalah urusan umat dan di kaki merek alah kehidupan umat.”
2. Sehat Sebelum sakit
Kesehatan merupakan karunia dan nikmat yang sering kali terlupakan. Nabi pernah mengatakan dalam kesempatan lain bahwa sehat dan waktu adalah dua nikmat yang banyak manusia tertipu. Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengabarkan dalam riwayat lain bahwa nikmat yang pertama kali Allah tanya nanti pada hari kiamat adalah kesehatan. Sebagaimana disebutkan dalam sebuah riwayat:
إِنَّ أَوَّلَ مَا يُسْأَلُ عَنْهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ يَعْنِى الْعَبْدَ مِنَ النَّعِيمِ أَنْ يُقَالَ لَهُ أَلَمْ نُصِحَّ لَكَ جِسْمَكَ
“Pertama kali ditanyakan kepada manusia pada hari kiamat dari kenikmatan adalah: akan ditanya kepadanya: “Tidakkah kami telah mensehatkan badanmu?” (HR. Tirmidzi)
Jadi masa sehat kita ketika Allah beri kepada kita kesehatan, maka gunakan sebaik-baiknya untuk berbuat kebaikan, beramal shalih, beramal ketaatan, jangan gunakan untuk hal-hal yang tidak ada manfaatnya.
“Masa sehatmu sebelum masa sakitmu.” Karena dimasa sakit kita lemah, kita tidak punya kemampuan seperti halnya kita sehat. Maka ketika kita sehat, gunakan mata kita yang sehat untuk melihat ayat-ayat Allah, membaca perkara yang bermanfaat, telinga kita gunakan untuk mendengar nasihat-nasihat Rasul, nasihat-nasihat para ulama, duduk di mejelis ta’lim untuk mendengarkan ilmu. Demikian pula kaki dan tangan kita ketika sehat. Kita gunakan tangan kita untuk kebaikan, kaki kita untuk kebaikan, berjalan menuju tempat-tempat kebaikan
3. Kaya Sebelum miskin
Jika Allah memberikan karunia berlebih, ingatlah itu hanya amanah yang dititipkan kepadamu. Maka syukuri kekayaanmu sebelum kefakiranmu. Syukuri dengan cara berinfaq, bersedekah, membantu orang-orang yang susah. Maka dengan cara itu Insya Allah, Allah berkahi harta kita karena dalam harta yang kau miliki terdapat hak orang lain yang membutuhkannya demikianlah cara kita bersyukur dengan karunia berlebih yang diberikan-Nya.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam di sini mengingatkan, “Gunakan masa kayamu sebelum masa fakirmu.” Karena kamu hai orang kaya, kamu tidak tahu barangkali Allah bisa saja mencabut nikmat kekayaan dari dirimu ketika kamu tidak mau mensyukuri kekayaanmu itu.
4. Masa Luang sebelum masa sibukmu
Durasi waktu yang diberikan pada manusia, baik mukmin maupun yang ingkar (kafir) adalah sama, menyesuaikan kebutuhan manusia, baik untuk bekerja, beristirahat, dan beribadah. Seorang mukmin harus bijak dalam memanfaatkan waktu yang disediakan-Nya. Mengisinya dengan amalan ibadah, baik ibadah secara umum (‘am), yaitu bekerja memakmurkan bumi maupun beribadah secara khusus (khas), seperti shalat dan zakat, di mana keduanya adalah sarana mendekatkan diri kepada Allah. Selain itu, memanfaatkan waktu untuk memperluas khazanah pengetahuan dengan membaca dan menghadiri majelis ilmu sebagai kewajiban seorang Muslim.
Kesempatan tidak terulang dua kali, maka hendaknya setiap insan tidak menyia-nyiakan kesempatan. Pekerjaan yang bisa dilakukan hari ini jangan diulur-ulur sampai besok. Ketika satu pekerjaan ditunda, maka akan menumpuk di hari esoknya, sehingga akan menyusahkan diri sendiri.
5. Hidup Sebelum mati
Kalau kita sudah meninggal dunia kita tidak lagi bisa beramal. Kalau kita sudah meninggal dunia yang ada adalah pembalasan dalam kubur kita dan akhirat kita. Setiap manusia yang diberi kesempatan menjalani kehidupan di dunia fana ini masing-masing telah diatur jatah hidupnya. Durasi hidup manusia semuanya telah tercatat dengan rapi dalam lauh al-mahfuzh. Hanya Allah yang mengetahuinya. Tugas manusia adalah menjalani kehidupan ini dengan sebaik-baiknya, berusaha untuk bertakwa sesuai kemampuan, karena kelak semuanya akan ditagih oleh Allah, termasuk tugas kekhalifahannya di muka bumi. Maka, kehidupan dunia ini adalah ujian yang hasil akhirnya akan diperlihatkan di fase kehidupan akhirat.
Kehidupan dunia amat singkat jika dibandingkan dengan kehidupan akhirat yang kekal abadi, harus dipadatkan dengan berbagai amal kebajikan agar hasilnya dapat dinikmati di kala raga sudah berpisah dengan jasad. Memanfaatkan kehidupan dunia dengan sebaik-baiknya berarti mempersiapkan kehidupan bahagia di akhirat kelak. Balasan di akhirat, tentu saja, berbanding lurus dengan usaha selama mengembara di alam dunia.
Wallahu a’lam
Semoga bermanfaat