Rezeki Tidak Datang Dengan Sendirinya

BWA – Rezeki. Kesalahan yang masih terjadi di kalangan umat Islam adalah kesalahan dalam memahami konsep tawakal. Menurut mereka, tawakal hanya sebatas pasrah kepada Allah, tanpa ada usaha untuk mencapai apa yang diinginkan. Padahal, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:

لَوْ أَنَّكُمْ تَتَوَكَّلُونَ عَلَى اللهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ لَرَزَقَكُمْ كَمَا يَرْزُقُ الطَّيْرَ تَغْدُو خِمَاصًا وَتَرُوحُ بِطَانًا

“Jika kalian benar-benar bertawakkal kepada Allah, niscaya Ia akan member kalian rezeki sebagaimana Ia memberikan rezeki kepada burung; burung terbang di pagi hari dalam keadaan lapar dan pulang kembali dalam keadaan kenyang.” (HR. al-Tirmidzi, Ibnu Majah, al-Nasa’i dan al-Hakim).

Muhammad Rasyid Ridha (w. 1354 H) dalam Tafsîr al-Manâr menginformasikan bahwa Imam al-Dzahabi rahimahullah berdalil dengan hadits di atas bahwasanya tawakal harus disertai dengan amal perbuatan. Sebab, dalam hadits tersebut, Rasulullah menggunakan kata-kata “Burung terbang pagi-pagi untuk mencari rezeki” dan bukannya “Burung berdiam di sarang dan menanti datangnya rezeki.”

Muhammad bin Shalih bin Muhammad al-‘Utsaimin (w. 1421 H) dalam Syarh Riyâdh al-Shâlihîn menjelaskan bahwa melalui hadits tersebut, Rasulullah Saw memerintahkan kita untuk bertawakal dengan sebenar-benarnya—bersandar kepada Allah SWT dengan penyandaran yang sempurna—dalam mencari rezeki.

Mari bertawakal yang sebenarnya dengan memasrahkan rezeki hanya kepada Allah dan bekerja giat untuk memerolehnya. Semoga dengan tawakal yang kita lakukan, Allah berkenan memberikan rizki kepada kita dan mencukupi kebutuhan-kebutuhan kita.[]